LELAKI RADIO

Lelaki itu tak pernah melepas radio yang tersampir di bahunya. Ia membawa radio ke mana-mana; di rumah makan, di Alfamart, di pasar ikan, di sekolah, bahkan di ruangan kepala sekolah pun ia tetap manggantung radio itu di bahunya. Dengan begitu, ia menjadi lelaki yang tak pernah ketinggalan berita, isu-isu pilkada, berita bola, atau mungkin berita-berita kenaikan harga beras di ibu kota......
Awalnya orang-orang di sekitarnya terganggu melihat lelaki itu hulu-halang dengan radionya, apalagi suara radio itu mulai rusak karena antenanya yang tinggal sepotong, suaranya kadang pecah, bahkan hilang sama sekali. Radionya telah membunuh banyak lansia yang mendengar berita tentang gaji pensiun yang dimakan seorang pejabat muda. Tidak cukup sampai di situ, radionya juga telah menyebarkan kebohongan dan teror di seluruh kota, "Pendengar yang budiman, para penagih utang sudah menyebar di seluruh kota. Silakan tutup pintu rumah anda jika gaji bulanan ditahan bendahara." Berita itu menggetarkan seisi kota.
Namun, lama-kelamaan, orang-orang itu menjadi iba, kasihan melihat lelaki muda itu memutar panel frekuensi di radio tuanya dengan lesu. Berharap ia mendengar sesuatu yang sedikit menghibur. Kasihan, setiap hari ia seperti dipenuhi kesedihan sedangkan tiap hari di teras rumahnya, ibunya berkaca dengan iphone mahalnya, sedikit memoles gincu di bibirnya. dan berdandan tak kurang wardah.
"Kasihan lelaki itu..." kata seorang tetangga terdengar iba. Beberapa orang mengikuti dengan kalimat yang tidak jauh berbeda, "Kasihan..." "Lihat!! ibunya masih setia dengan iphone-nya...kasihan" "minta ibunya belikan ia HP murah saja, kasihan lelaki itu". Gosip- gosip yang mengatakan si lelaki itu gila pun mulai beredar dengan cepat. Itu pun tentu dengan bumbu-bumbu yang kadang asin karena kebanyakan garam dan Ajinomoto. Sejak gosip-gosip itu beredar, lelaki itu kini dijuluki "Lelaki Radio" seperti yang benar-benar terjadi kepadanya.
Setelah ditelisik lebih jauh, ternyata ibunya juga sudah pasrah dengan kelakuan gila sang anak, "Dasar kampungan...aku tawarkan Iphone, kau malah tolak hanya karena kau punya radio tua butut yang kau pungut dari tempat sampah. Terserah...!!!" seorang tetangga meniru kalimat ibu si lelaki itu dengan gaya yang begitu aduhai. Mau bagaimana lagi, ibunya memang kelihatan begitu aduhai, lebih ngetren jauh dari usianya yang sudah masuk kepala enam, kepala butut mungkin.
Lalu pada suatu malam, kamar lelaki itu digedor seorang polisi. Teriakan ibunya
menggelegar di lorong-lorong kompleks melihat polisi itu tiba-tiba masuk, menuju kamar si Lelaki Radio, dan menggedor-gedor pintu kamar kecil itu. Ibunya kebingungan menyaksikan polisi itu mengeluarkan pistol kaliber dari saku jaketnya.
"Ada apa pak?" si ibu melawan ketakutannya "Anak ibu dalam masalah" si polisi membalas dingin. "Oh...tangkap saja pak, dianya sakit jiwa" si ibu memilih untuk acuh terhadap si Lelaki Radio.
Polisi itu bingung bukan main. Dia berpikir bahwa si ibu mungkin akan menahannya untuk menangkap lelaki aneh dengan radio bututnya. Polisi itu memutuskan untuk tidak peduli. Ia masukkan kembali pistol kalibernya dan membuka pintu kamar si Lelaki Radio dengan mudah. Pintunya tidak terkunci. Ia tetap siaga, sebab ia ditugaskan menangkap seorang penjahat berbahaya yang telah menebar teror di seluruh kota, membantu menyebarkan hoaks, dan membunuh banyak lansia.
Betapa terkejutnya polisi itu melihat si Lelaki Radio sedang sibuk memutar panel frekuensi radionya. Di tangannya sebatang kretek sedang menyala. Namun ia tatap waspada. Tangannya perlahan memegang gagang kaliber di dalam jaketnya. Ia berusaha tetap tenang ketika si Lelaki Radio menoleh ke arahnya.
"Maaf pak, saya belum mengucapkan selamat datang. Silakan duduk". Lelaki Radio menyambut kedatangannya dengan tenang sambil menunjuk sebuah kursi tua yang tidak kalah menyedihkan dari lelaki itu.
Tepat ketika polisi itu duduk di tempat yang ditunjukkan si lelaki radio, dari radio tua itu terdengar berita mengagetkan, “pendengar yang baik, si Lelaki Radio ditemukan tewas ditabrak sedan yang dikendarai ibunya." Polisi itu takut mau mati. Ia bergegas meninggalkan kamar itu. Ia mencari si lelaki radio yang tidak lagi duduk di hadapannya. Ia ditinggal sendirian di kamar itu bersama radio tua butut milik lelaki itu.
Ia berlarian meninggalkan rumah itu. Napasnya memburu. Keringat dingin berjatuhan dari dahinya. Ia tidak peduli lagi dengan misinya menangkap penjahat besar itu. Tepat di pintu gerbang rumah itu, ia menemukan mayat seorang ibu yang tergeletak di jalanan. Di sebelah jasad itu sebuah iphone masih bernyala dan radio milik lelaki itu tergantung di bahu mayat itu.
“srrrrrrttttt.....srttt...pendengar yang budiman.....te...te....terimakasih telah setia menemani.....srtttt.....” radio tua butut milik lelaki itu berbunyi lagi.
_______________
Oleh: Isburhanu. 28 Oktober 2023. 10:26 WITA
Penulis kelahiran Manggarai 20 tahun silam kini menetap di Ledalero sebagai penyair dan aktor pada Kelompok minat Teater Aletheia Ledalero.
Posting Komentar untuk "LELAKI RADIO"