Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Box Puisi

 

Puisi-puisi 

Ando Roja Sola, SVD

Rindu Dapur Mama

(Untuk Wihelmina wanita berkrudung sarung kampung)

Pagi hari di beranda kamar kosku

duduk sendiri meramu kenangan yang tak lupa

coba merias wajah mama dalam uap kopi bearoma sedap

menelan seteguk kopi sambil menyapu rindu wajah mama

ingin jari berhasrat mengetik huruf demi huruf

hanya ingin menyapa selamat pagi mama

apa kabar dirimu dengan asap mengepul dari dapur yang penuh dengan racikan kasih

 

Mamaku wanita berkerudung sarung kampung

rajin menyambut pagi dari dapurnya beraroma asap tungku

jarinya menari ria meracik bumbu pala di atas piring rotan

meski keriput kulitnya dimakan renta

racikan kopinya menyiksa rindu ingin selalu pulang

meski langkahnya kian gemetar disapu usia

lidahnya pakar mengecap sup sayur marongge

 

Pagi ini aku sendirian

berteman dengan burung yang bertengger manja pada dahan pohon asam

merebah badan pada angin yang menyapu pori-pori kulit, begitu dingin

bernyanyi bersama ayam kampung yang sebentar lagi ke pasar kota

tak lupa juga aku meneguk kopi hangat bukan buatan mama

hati ingin menulis pesan dalam doa untuk mama

semoga dibawa pergi oleh angin kepadanya  

 

Dapur mama surga segala rindu berlabuh

dari asapnya menyapu mimpi tuk bersambung

suara serak rentahnya bagai nyanyian Maria di gereja tua

merdu merasuk hati indah menyejukkan jiwa

detak langkah kakinya seperti merajut cita demi damai buat putra sulungnya

katup tangannya erat pada bulir-bulir Rosario memuja Tuhan setiap pagi

mama caramu meramu kasih adalah candu yang tak lekas habis

Terima kasih mama.

(Wisma St. Agustinus, 2021)

 

Pesan Ayah

(Untuk Fransiskus penyair pesan hidup)

Kemana pun kaki membawa pergi raga dan jiwa

sejauh apa pun akal merasuk ilmu

setinggi apa pun hati panjatkan doa

sedalam apa pun cinta mengikat janji pada rindu

semegah apa pun harta memperkaya diri

selepas lelap pesan ayah selalu datang lebih pagi

pesan ayah datang lebih rajin dari mentari menyambut hari

Pesan ayah bagai bulan menepati janji pada malam minggu

meramu cinta pada tutur dan tingkah di kemudian hari

pesan ayah bagai surat-surat suci Sang Tuhan

penuh amanah biar hidup beramal

pesan ayah bagai air segar dari sumbernya di hulu

menyegarkan hati membasah niat dan angan

pesan ayah selalu bermazmur kala malam menutup hari dan pagi menyambut hari

selalu aku terlelap dalam pesan-pesannya

saat kaki melangkah pergi tak lupa aku menulis pesan ayah dalam waktu

pesan ayah syair yang dari hatinya menulis tentang sujud kepada Tuhan

pesan ayah puisi yang membungkus jiwa tak cukup membacanya sekali saja

dari pesan-pesannya kutahu ayahku penyair yang hidup dan kaya amanat

katanya selalu dekat jadi sahabat seperjalanan walau musim berganti

pesan ayah tak pupus dimakan waktu tak habis di lenyap duka

Hari ini aku masih membaca pesan ayah

pesan dari tangannya yang keras menempa besi

pesan dari nadinya yang terbiasa akrab dengan aliran arus listrik

pesan dari telapak kakinya yang kebal menahan pecahan batu sepanjang perjalanan

pesan dari mulutnya yang suci mengucap Sabda

ayahku penyair dalam kata dan kerja

dalam amal dan doa

Terima kasih ayah.

(Wisma St. Agustinus 2021 )


Janssen Raring. SVD

DUA GARIS TAMAN EDEN

Disela malam itu,

purnama masih menawan.

Awan-awan masih bisa bercakap kenangan

Adapun Adam masih asyik Masyuk bersama taman Eden

Bersandar tak mengenal siapa Eva dalam mimpinya di zaman edan.

Tiba-tiba,

Suara angin masih berhembuskan kencan

Perlahan perempuan ada dalam bayangannya

Bagaikan bagian dari daun-daun jatuh

penuh perlahan, bersandar pada dahan,

penuh harap dalam kesepian malam

ada bahu memeluknya di bawah kolom langit

lalu melupakan hembusan angin

di taman Eden itu.

Seketika itu bulan purnama berbincang tak purna dan perempuan terus melahirkan semesta.

(Ledalero 2021)

 

Vian Tukan, SVD

Lakon Air Mata Ibu

sudut-sudut rumah ibu selalu menyegarkan tanaman-tanaman liar dengan air mata

air mata ibu takan pernah berhenti  mengalir walau penutup kepala saling bertengkar

dan memastikan siapa yang paling putih di antara ribuan anggota

hari demi hari  mengalir air pada mata ibu

karena tubuh, kepala, dan pintu rumah yang egois

sambil membentang sayap  dibangun tembok dari  timur

agar dunia tidak basah seluruh dalam kepala orang-orang pintar

perihal ibu dan air mata

adalah cerita duka dalam rumah baru tempat kita menjadi egois pada tubuh dan kepala tetangga

tempat  rindu yang sedikit tua pada pukul tujuh malam

tempat  kangen yang selalu memeluk kita pada ranjang sunyi

tempat kita selalu bersama

perihal rindu dan air mata ibu

adalah cerita kita yang selalu ingin bersama

dalam kepala dan rumah

seperti buku-buku tua

menjadi rebutan banyak orang

Ledalero, 2021

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar untuk "Box Puisi"