Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ALĒTHEIA LEDALERO: KELOMPOK MINAT SENI TEATER DAN SASTRA

 

ALĒTHEIA LEDALERO:

KELOMPOK MINAT SENI TEATER DAN SASTRA

 

PENGANTAR

Alētheia merupakan ruang kreasi seni para peminat seni teater dan sastra Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Ruang kreasi ini bertujuan untuk mengembangkan bakat dan minat para frater dan kaum muda dalam bidang seni teater dan sastra khususnya. Awalnya, kelompok ini muncul pada tahun 2003-2004. Pada saat itu, sejumlah frater yang berminat pada dunia teater ingin menuangkan bakat mereka melalui wadah teater di Komunitas Ledalero.

Kemudian, Pater Paul Budi Kleden, yang kini menjadi Superior General SVD sejagat, bersama sejumlah frater peminat seni teater dan sastra berbincang-bincang untuk membentuk kelompok minat.  Oleh karena itu, terbentuklah kelompok minat seni di Komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero.

Pada awalnya, kelompok minat ini berdiri sendiri dan bukan merupakan bagian dari seksi  seni dan budaya di komunitas Seminari Tinggi Ledalero. Atas kemauan bersama, sejumlah frater peminat seni, berkumpul dan menuangkan gagasan, ide, niat dan rencana mereka untuk selalu bersama-sama mengeksplorasi imajinasi dalam bidang kreasi seni.  Mereka berkumpul, saling mendengar cetusan ide, memahami gagasan, serta menanggapi luapan perasaan seni mereka secara kolektif. Masing-masing pihak meluangkan waktu, memberi diri, dan menuangkan gagasan tentang realitas hidup dalam bentuk narasi, drama, teater, panto-mimik, puisi, menyanyi dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya, kelompok ini pernah mengalami pasang surut, dan hal ini disebabkan oleh situasi para peminat serta moderator yang berganti-ganti karena peralihan tugas. Namun situasi ini tidak menghilangkan bakat seni dan potensi diri para frater. Mereka tetap memiliki harapan dan optimisme yang baik.

Keanggotaan Aletheia mencakup para Frater di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero serta mahasiswa STFK Ledalero awam. Tidak ada anggota tetap karena para Frater dan mahasiswa awam berada di Ledalero hanya pada saat menjadi mahasiswa. Walaupun demikian, selalu terjadi regenerasi setiap tahunnya, karena setiap tahun para Frater dan mahasiswa awam yang masuk di Ledalero (para frater di Biara dan para mahasiswa awam di Kampus STFK) selalu ada yang berminat di bidang sastra dan teater.

 

TEATER dan FORMASI DIRI FORMANDI

Seni teater dan sastra adalah wadah di mana para formandi membentuk diri. Mereka diberi kepercayaan untuk menemukan otentisitas diri melalui pelbagai ekspresi seni dalam komunitas seperti seni lukis, seni drama, seni musik, teater, seni tari, kreasi menulis naskah, menulis puisi, monolog, dan lain sebagainya.

Banyak peminat seni teater dan sastra menemukan diri mereka sebagai pribadi yang kreatif dan matang. Mereka bertumbuh dalam otentisitas diri ketika mereka mencipta, menulis, melakonkan, mengekspresi diri, bekerjasama dan saling mendengarkan satu sama lain.  Pembentukan diri adalah bagian esensial dari seni. Seni adalah jalan pengenalan diri yang otentik.

Sebagai wadah pembentukan diri, kelompok ini menemukan kebebasan ekspresi dan kreativitas yang bertanggungjawab.  Mereka berjalan dalam nuansa persaudaraan dengan sikap terbuka untuk diperbaiki. Mereka mengakui diri dan mengakui yang lain dalam relasi interpersonal yang kaya kreasi. 

Oleh karena itu, sejak awal berdirinya, kelompok ini membuka diri untuk saling belajar dengan kaum awam yang ingin bergabung, khususnya dengan mahasiswa dan mahasiswi yang belajar di STFK Ledalero. Sejauh ini kaum awam berpartisipasi dan keterlibatan mereka sungguh saling meneguhkan. Selain itu,  Kelompok Teater Alētheia juga terbuka dalam dialog dan saling belajar dengan Kelompok Teater Tanya dari Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret dan kelompok seni dari Komunitas KAHE- Maumere. Keterbukaan ini tampak dalam bentuk diskusi  dan pementasan bersama.

 

NAMA dan MOTO

Pada mulanya, para peminat seni dari Seminari Tinggi Ledalero menggunakan nama Teater Seru. Ini adalah nama warisan dari kelompok frater peminat seni sebelumnya. Namun, atas anjuran Pater Felix Baghi, SVD, yang adalah juga moderator kelompok minat seni teater dan sastra, serta berdasarkan pertimbangan seluruh anggota, maka pada tanggal 5 Oktober 2004, nama Teater Seru diubah secara resmi menjadi Kelompok Teater Alētheia. Pertimbangannya adalah kelompok ini memiliki eksistensi yang otonom, terbentuk atas dasar minat dan hidup berdasarkan kebebasan kreasi.

Alasan pemilihan nama Alētheia didasarkan pada makna Alētheia itu sendiri. Sebagaimana Heidegger, dalam The Origin of the Work of Art, mengartikan  Alētheia  dalam hubungannya dengan esensi kebenaran,[1] dan kebenaran  itu dari dirinya sendiri memiliki esensi yang benar. Esensi kebenaran adalah ‘berada tidak tersembunyi.’ Kebenaran penyingkapan yang tersembunyi. Kebenaran berarti berada tidak tertutup. Kebenaran ada kaitan dengan keterbukaan. Sejarah ketertutupan atau ketersembunyian dalam hidup manusia adalah sejarah tentang ketidaksesuaian dengan esensi kebenaran itu.

Ini ada hubungan dengan panggilan manusia di dunia untuk mengungkapkan kebenaran. Seni teater dan sastra adalah salah satu wadah untuk mengungkapkan kebenaran hidup secara bebas dan bertanggungjawab. Wadah ini mengekspresikan kebebasan secara otentik di mana para frater sungguh diberi ruang untuk mendayagunakan kekuatan imajinasi dalam menemukan kebenaran hidup.  

Atas dasar pengertian Alētheia ini, maka motto kelompok peminat seni teater dan sastra Seminari Tinggi St Paulus Ledalero adalah veritas lux mea - kebenaran adalah cahayaku. Kebenaran menyinari aku dan aku dipanggil untuk hidup dalam cahaya kebenaran. Hidup dalam cahaya kebenaran berarti hidup dalam keterbukaan terhadap kekuatan imajinasi yang datang. Kekuatan itu memancar dan menyinari aku untuk selalu mewartakan kebenaran. Seni teater dan sastra adalah ruang ekspresi untuk memancarkan cahaya kebenaran melalui kebebasan berekspresi dan daya imajinasi kreatif. Namun perlu disadari bahwa ruang eksipresi kebebasan ini selalu dibarengi dengan sikap tanggungjawab etis yang baik dan bijaksana.

 

LOGO

Logo ini diciptakan oleh anggota kelompok teater Alētheia sendiri. Tirai melambangkan bagian dari setting panggung pementasan. Manusia yang duduk dan menulis memberi alusi kepada kreativitas mencipta, menulis dan mengolah pikiran dan perasaan. Kreativitas ini menjadi bagian penting dari proses penemuan diri melalui daya imajinasi dan melalui bentuk-bentuk kerjasama yang baik. Rantai terputus pada kaki memberi imajinasi tentang pembebasan dari belenggu. Seni adalah ekspresi kebebasan untuk memutuskan belenggu-belenggu tradisi dan cara hidup yang membatasi ruang penemuan kebenaran hidup.



Sepak Terjang Aletheia

Sejak awal pembentukannya, Aletheia sudah melakukan banyak pementasan teater, yakni pada penutupan tahun sebagai refleksi atas tahun yang lalu dan harapan untuk tahun yang baru yang dikemas dalam bentuk pementasan, refleksi Paskah yang dilakukan pada hari-hari sebelum perayaan Tri Hari Suci, serta sumbangan-sumbangan acara seperti mini-teater, monolog dan pembacaan puisi pada acara-acara besar yang diselenggarakan oleh Seminari Ledalero.

Dua tahun terakhir, Aletheia telah berhasil mementaskan dua teater, yakni pada penutupan tahun 2020 berjudul “Panoptikon” karya Fr. Defri Ngo, dan pada Paskah 2021 berjudul “Ina Tana Ekan” karya Fr. Sello Lamatapo. Selain itu ada juga pementasan monolog, pembacaan puisi, diskusi sastra, salah satunya diskusi pantun bertema “Kebijaksanaan Hidup dalam Seni Berpantun” dengan menghadirkan pemateri Pater Leo Kleden, SVD, pada Kamis, 21 Oktober 2021. Semuanya pementasan itu tidak dijabarkan semuanya karena kendala belum adanya pendokumentasian atas kegiatan-kegiatan itu. Sebelumnya juga telah terjadi banyak pementasan, tetapi tidak didokumentasikan, sehingga yang ditampilkan di sini sesuai dengan yang didokumentasikan saja.

Program kepengurusan Aletheia sekarang ini berusaha untuk mendokumentasikan semua karya yang dihasilkan oleh anggota Aletheia, menerbitkan Buletin Aletheia yang akan terbit dua bulan sekali dengan Edisi Pertamanya terbit awal November 2021, dan membuat antologi bersama yang akan diterbitkan setiap akhir tahun pelajaran.



[1]Heidegger, “The Origin of the Work of Art,” dalam Martin Heidegger, Basic Writtings, edidted by David Farrel Krell, New York:  Harper and Row Publishers, 1976, hlm. 173.

Posting Komentar untuk "ALĒTHEIA LEDALERO: KELOMPOK MINAT SENI TEATER DAN SASTRA"