PUISI-PUISI
Pulang
Di suatu pagi yang dini
Lembut embun masih menyeduh sepi
Pun lembab basah mata ibu tak mau pergi
Dikalah mimpi semalaman masih menari bersama mentari
Seluruh tulang remuk tak terurai
Akibat rindu yang sia-sia terangkai
Sesingkat itukah ibu?
Waktu terus memulangkan cinta dan hidup sebatas rindu dalam semesta.
Kemanakah kematian itu, ibu?
samudera kah? yang dahsyat itu!
Bagaimana dengan anak-anak yang kurang beruntung itu, ibu?
Mereka tetap hidup dalam luka yang kejam
(Gabriel 2023)
Kayu/
Darah di atas kayu
Tak ada yang merayu
Sepi membungkus pilu
Senja jadi sembilu
Setetes madu kuat
Tunggu tersipu
//
Ragawi
Pergi
Menapaki
Yang Mati
Ratapi
Diri
Sudahkah berarti?
Tersesali?
Tersadarkah aku ini?
///
Tercurah kasih
Pada bening puisi
Ilah-ilah tinggal diberi arti
Sungguhkah disesali?
Murai pembawa kabar
Tak datang lagi setelah kematian itu
Bukankah sesuka suka
Memuaja-Mu Kata
Ataukah meramu arak
Yang paling hangat
Sebelum pulang
Nada-nada pertolongan menggema
Di sudut kota sampai pada lorong biara
(Gabriel 2023)
Ah Tuhan Terlalu DiniTerlalu dini Tuhan
Meratapi ketiadaan ini
Ladang pun sepi
Lenguh sapi tak terdengar lagi
Embun dan senja tak lagi basa basi
Seperti hari tiada lagi
Kutukan apa yang Kau beri
Sampai mimpi itu jadi abadi
Tertinggal bulir-bulir padi
Yang tak kau jamahi lagi
Bagaimana nanti
Apakah mati?
Bisakah pergi?
Sebagai tertinggi
Ah Tuhan
Bisa jadi mati
Memang bisa sendiri
Tapi berdiri tanpa suara lirih paling sulit
(Gabriel 2023)
______________________
Oleh: Eman Manuk. 2 November 2023. 13:20 WITA
Penulis kelahiran Maunori 22 tahun silam kini menetap di Maumere sebagai seorang penyair puisi pada kelompok minat Teater Aletheia Ledalero.
***
Serpihan SengsaraKau pernah hadir dalam usiaku yang belia.
Ketika mata ini belum terbuka.
Belum mengenal apa itu dunia.
Tapi kau sudah menghilang.
Seakan terbawa arus tak tau pulang.
Aku kecewa hingga bibirku mengering.
Biar doaku yang perih memberi hidup
Ketika kematianmu hanya membisu
Dan hatiku mengkhawatirkan itu.
Pulanglah tangisku belum berhenti untukmu.
(Nita 2023)
Jendela kamarJendela kamar ini masih saja ku kunjungi
Sedari mentari itu menari
Dan senja yang kian beranjak pergi
Helai demi helai selalu kulukiskan namamu
Dan hari terus bertanya apalah arti sebuah nama yang kini kian tinggal abu
Apakah mungkin kurancang jendelaku kembali
Sebab isi kepala tentangmu belum sempat pergi sedari kau menepi.
(Nita 2023)
______________________
Oleh: Cindy. 2 November 2023. 13:20 WITA
Penulis kelahiran Nita 18 tahun silam kini menetap di Nita sebagai seorang mahasiswi prodi Desain Komunikasi Visual IFTK Ledalero dan salah satu anggota aktif pada kelompok minat Teater Aletheia Ledalero.
Posting Komentar untuk "PUISI-PUISI"